Senin, 19 Desember 2011

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDUKAN PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGRI PECANGAAN KELAS XI IPS TAHUN AJARAN 2011/2012

3

  1. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDUKAN PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGRI PECANGAAN KELAS XI IPS TAHUN AJARAN 2011/2012.
  2. Latar Belakang
Masa depan dan nasib suatu bangsa sebagian besa ditentukan oleh hasil pendidikan yang berkualitas, hal itu dikarenakan pendidikan dipandang sebagai wahana dan sekaligus untuk mensiapkan lahirnya para putra bangsa yang berkualitas supaya dapat memajukan bangsanya. Suatu bangsa yang mengabaikan pendidikan sama saja seperti menelantarkan dirinya sendiri, tidak ada tujuan dan tidak ada arah untuk menjadi lebih maju menjadi lebih baik. Sejalan dengan kualitas pendidikan yang sangat berat, sudah sepatutnya kita mempertanyakan tentang bagaimanakah kurikulum di Indonesia.
Pertanyaan tersebut mendorong semua pihak untuk memaknai betapa pentingnya inovasi kurikulum sebagai suatu upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang sekaligus memberikan bekal kepada peserta didik untuk menjawab tantangan dunia.
Setiap kurikulum pendidikan idealnya harus memiliki sifat inovatif. Hal itu bertujuan agar memiliki kemampuan untuk mempersiapkan dan memberikan bekal kepada peserta didik untuk menjawab tantangan masa depan. Kurikulum harus bersifat fleksibel yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan dapat diubah menurut kebutuhan dan keadaan.
Sejak tahun 1960 sedikit demi sedikit sistem pendidikan Indonesia telah kehilangan wataknya sebagai suatu kekuatan kultural. Pada zaman kolonial pernah kehilangan wataknya sebagai suatu kekuatan kultural. Pada zaman kolonial pernah melahirkan suatu sistem pendidikan yang memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Pada zaman  pendudukan Jepang sistem pendidikan Indonesia juga mampu memperlihatkan ketahanan yang terpuji. Demikian juga pasa zaman revolusi fisik hingga tahun lima puluhan, sistem pendidikan indonesia memiliki ketahanan, keluwesan yang sangat tinggi. Pada periode itu Indonesia Indonesia pernah memiliki sistem pendidikan yang mempunyai watak kultural, sehingga tidak mengherankan walaupun dalam suasana yang serba kekurangan tetap saja dihasilkan tokoh-tokoh nasional yang memiliki kesungguhan, keberanian, kegigihan yang patut diteladani.
Sudarminta (dalam Munib 2000:5) menyatakan bahwa percaturan global, baik melaksanakan kegiatan ekonomi, politik maupun budaya, kualitas bangsa akan dipertaruhkan. Dalam bidang ekonomi misalnya, indonesia tengah dimasuki era perdagangan bebas ASEAN (AFTA), dan pada tahun 2020 Indonesia akan memasuki perdagangan bebas dalam konteks kerja sama ekonomi Asia Pasifik. Hal yang perlu dipertanyakan sekarang ini adalah bagaimana mempersiapkan generasi muda untuk mampu bersaing secara fair dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Dalam hal ini, pendidikan masa depan seharusnya adalah pendidikan yang tanggap terhadap tantangan persaingan dan sekaligus mampu melaksanakan kerja sama secara global. Untuk dapat bersaing secara fair menghadapi bangsa-bangsa lain dan saling bekerja sama, maka peserta didik perlu mendapat pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta sistem nilai yang memang diperlukan untuk masa depan peserta didik yang secara global tercermin dalam tampilan kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum pendidikan harus mampu mengembalikan otonomi untuk mempersiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan dalam menghadapi masa depan, maka pertama-tama inivasi terhadap kurikulum pendidikan harus diciptakan hingga memilii kemampuan untuk mengantisipasi dari seluruh dampak tuntutan kebutuhan masyarakat masa depan. Setidaknya para peserta didik harus dipersiapkan menjadi generasi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yanh mampu bersaing dan sekaigus bersanding dengan para pesaingnya.
Memposisikan pendidikan nasional sebagai operasionalisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat dirumuskan sebagai pengarahan proses pendidikan dan pembudayaan yang lebih produktif dalam menatap masa depan dengan memberikan kesempatan pada pengembangan pribadi dalam mengoptimalkan potensi peserta didik di dalam spektrum yang lebih luas. Dengan demikian proses pendidikan akan menghasilkan self renewal reformation and transformation atau proses perubahan yang terjadi pada sistem pendidikan agar mampu menghadapi setiap tantangan yang ada.
Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan pemerintah saat iniadalah dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang lama yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan kurikulum yang terbaru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkab undang-undang republik Indonesia no.20 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang standar nasional pendidikan yang mengamanatkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berlaku bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulus (SKL).
Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dimaksudkan agar setiap penyelenggaraan proses pendidikan meniliki jangkauan untuk memberikan bekal dalam menjawab tantangan yang dihadapi peserta didik bagi masa depan. Salah satu SMA Negri di kabupaten Jepara yang telah melaksanakan KTSP adalah SMA Negri 1 pecangaan. Guru dalam penyelenggaraan pembelajaran sosiologi berdasarkan KTSP memiliki peranan yang sangat penting. Sarana yang dimiliki SMA Negri 1 Pecangaan sebagai pendukung dalam pembelajaran Sosiologi seperti buku yang dapat digunakan siswa sebagai penunjang pembelajaran sosiologi di kelas. ruang multinedia atau komputer yang digunakan untuk mempelajari berbagai hal guna menunjang kompetensi peserta didik ketika nanti terjun di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidukan pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Negri Pecangaan kelas XI IPS tahun ajaran 2011/2012.
  1. Rumusan Masalah
Pembahasan mengenai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada pembelajaran sosiologi sangat menarik untuk ditelitimulai dari persiapan pembelajaran, kegiatan inti membelajaran, kegiatan akhir, faktor penghambat dan pendukung dalam implementas KTSP.


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana perencanaan pembelajaran sosiologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
2.    Bagaimanakah Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidukan pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Negri Pecangaan kelas XI IPS?
3.    Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidukan pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Negri Pecangaan kelas XI IPS?
  1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran sosiologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2.    Untuk mengetahui implementasi kurikulum tingkat satuan pendidukan pada pembelajaran sosiologi di SMA Negri Pecangaan kelas XI IPS.
3.    Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidukan pada pembelajaran Sosiologi di SMA Negri Pecangaan kelas XI IPS.
  1. Manfaat Penelitian
a.       Bagi Siswa
1.      Dapat mengetahui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2.      Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mempelajari sosiologi.
b.      Bagi Guru
1.      Dapat dijadikan referensi tambahan bagi guru untuk memahami tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2.      Dapat dijadikan scuan guru dalam mengajar sosiologi.
c.       Bagi Sekolah
Dapat dijadikan masukan tentang kelebihan dan kekurangan agar dapat menjadi sekolah yang di inginkan menuju lebih baik.
  1. Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap judul skripsi ini maka diberi batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang dipakai dalam judul penelitian ini, antara lain:
1.      Implementasi
Adalah proses untuk melaksanakan program aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan yang terjadi secara bertahap, terus menerus dan jika ada hambatan dapat di tanggulangi (Purwadarminta 1984:57).
Sedangkan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai interaksi dengan lingkungan.
2.      Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusun KTSP dilaksanakan oleh sat uan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
3.      Pembelajaran Sosiologi
Pembelajaran sosiologi adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran sosiologi yang meliputi tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan normal, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan sebagainya, hubungan antara pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial.
  1. Kajian pustaka
1. Pengertian Kurikulum
Dakir (2004:1), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
 Secara tradisional kurikulum biasa dimengerti sebagai serangkaian program yang berisi rencana-rencana pelajaran yang telah disusun sedemikian rupa yang dapat dipakai secara langsung oleh guru untuk mengajar. Dalam arti kontemporer kurikulum diartikan secara lebih luas karena kurikulum tidak lagi menekankan pada daftar isi materi rencana pelajaran yang memiliki topik-topik yang telah disusun tapi lebih menekankan kepada pengalaman-pengalaman proses belajar mengajar yang dapat diberikan kepada para murid dalam konteks dimana murid-murid berada.
Istilah kurikulum mulai dikenal di Amerika Serikat sejak tahun 1920 ditinjau dari asal katanya kurikulum berasal dari bahasa latin dari kata curere yang artinya lari. Dengan demikian maka kurikulum pada awalnya mempunyai pengertian course of race (arena pacuan).
 Secara tradisional,kurikulum mempunyai pengertian yaitu mata pelajaran atau arena pelatihan untuk suatu produksi pendidikan
(http://Irckesehatan.net/pedoman/Pedomanpenyusunankurikulummodulpel.pdf).
Beberapa pengertian kurikulum yang lain :
a.       Kumpulan materi yang harus disampaikan pelatih atau yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk menjadi terampil. ( Pengembangan Kurikulum, Pusdiklat Kesehatan, 2000).
b.      Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. ( Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Oemar Hamalik, 2001).
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Mulyasa (2007:19) menyatakan bahwa KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP ditandatangani pada 23 Mei 2006 dan diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2006/2007. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

KTSP diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP berlaku pada jenjang pendidikan dasar ( Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) dan menengah (Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan) dan disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

  1. Landasan Teori
1.      Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum dalam dunia pendidikan di bagi menjadi dua yaitu secara tradisional dan modern. Secara tradisional dan modern. Secara tradisional  kurikulum dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, suatu bahan pelajaran tertentu yang dipelajari oleh anak, sesuatu yang diharapkan dipelajari anak di sekolah, dan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijasah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi dasar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar  dan tujuan pendidikan (M      ulyasa 2007:46).
Mulyasa (2007:19-22) mengatakan berdasarkan Standar       Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 15 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan atau BSNP.
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
1.    Pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2.    Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif. Produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang melibatkan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar, dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, disamping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi, dan pemerataan pendidikan. Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilaksanakan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan sekolah. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasrakan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah.
Pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada dasarnya berupaya untuk memfokuskan pada kelompok-kelompok mata pelajaran dan kompetensi tertentu kepada peserta didik.
Dalam sumber (http://ajisaka.sosblog.com/Ajis-b1/Prinsip dasar pengembangan KTSP). KTSP dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.        Memiliki visi dan misi yang dikembangkan berdasarkan potensi, kondisi, kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.
2.        Kegiatan belajar mengajar berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan, menantang dan kontekstual.
3.        Penilaian berbasis kelas yang bersifat internal sebagai bagian dari proses pembelajaran dan berorientasi pada kompetensi serta patokan ketuntasan belajar yang diperoleh melalui berbagai cara, tes dan non tes, kumpulan kerja siswa, hasil karya, penugasan, unjuk kerja dan tes tertulis.
4.        Pengelolaan satuan lebih bersifat school based mangement atau managemen berbasis sekolah untuk pencapaian visi dan misi sekolah, pengembangan perangkat kurikulum oleh sekolah, pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumber daya lainnya, kolaborasi serta horisontal dengan sekolah lain dan komite sekolah serta organisasi profes, serta kolaborasi secara vertikal dengan dinas dan Dewan Pendidikan.
5.        Prinsip managemen yaitu P (planning) atau rencana, O (organizing) atau pengorganisasian, A (Actuating atau pelaksanaan, dan C (Controlling) atau kontrol serta R (Reporting) atau penyampaian tetap diperlukan oleh guru sebagai pengembang KTSP sebagai bahan pertimbangan memperbaiki KTSP tahun pelajaran berikutnya.
KTSP dievaluasi dan disempurnakan serta ditetapkan setiap awal tahun pelajaran oleh kepala sekolah dan direkomendasikan Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten. Prinsip dasar KBM memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa, mengembangkan inovasi dan kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat, sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta atau konsep atau prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Prinsip KBM di atas akan mencapai hasil yang maksimal dengan memadukan berbagai berbagai metode dan teknik serta media pembelajaran yang memungkinkan semua indera digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing pelajaran .
Prinsip keberagaman dalam pelaksanaan KTSP maka setiap sekolah dan guru di lapangan mempunyai tanggung jawab untuk menterjemahkan KTSP ke dalam bentuk silabus yang akan mereka gunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. silabus yang dibuat oleh masing-masing sekolah dan guru tersebut disusun berdasarkan karakteristik sekolahnya baik dari aspek kemampuan sekolah, kemampuan guru, kemampuan siswa, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dan sebagainya. Selain itu dalam menyusun silabus tidak ada acuan baku mengenai format dan isinya sehingga guru diberi keleluasaan yang besar untuk mengapresiasikan kemampuanya menerjemahkan KTSP. Dalam penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, komite sekolah, dewan pendidikan, instansi swasta, perusahaan, dan perundistrian.
Keunggulan KTSP, di antaranya adalah memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah untuk membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan dengan keadaan siswa, keadaan sekolah, dan keadaan lingkungan. Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah.
Sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan, misalnya dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, dan organisasi profesi gar kurikulum yang dibuat sekolah benar-benar sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
Pada dasarnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah penyempurnaa dari kurikulum terdahulu yaitu KBK, dimana didalamnya terdapat persamaan dan perbedaanya. 
2.      Konsep Pembelajaran
a.       Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papantulis, kapur, fotografi, slade, film, audio, dan tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya (humalik 2007:57).
Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang sangat erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.
1.    Ciri-ciri pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran (Hamalik 2007:65) yaitu:
a.    Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b.    Keter saling tergantungan interdependence, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c.    Tujuan ialah sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai
3.      Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Sosiologi Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pada umumnya pelakssanaan proses pembelajaran berdasarkan KTSP dimulai dengan pre-test, pembentukan kompetensi, pos-test, dan tahap akhir adalah penilaian hasil belajar atau evaluasi.
a.    Pre-Test
Yaitu test awal yang dilakukan oleh guru sebelum masuk dalam materi utama. Manfaat pre-test antara lain:
1.)      Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar.
2.)      Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
3.)      Untuk mengetahui pengetahuan awal yang telah dimiliki.
4.)      Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dikuasai peserta didik, serta kompetensi mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.
b.    Pembentukan kompetensi
          Yaitu kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembentukan kompetensi ini dapat dikatakan efektif bila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik mental, fisik, maupun sosialnya.
          Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75 persen peserta didik terlibat secara aktif baik mental, fisik, maupun sosialnya. Selain itu kegairahan yang tinggi, semangat belajar yang besar,dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan pada segi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
c.    Post test
Post test merupakan tahap akhir dalam proses pembelajaran. Sama halnya dengan pre test, post test memiliki banyak kegunaan yaitu:
1)            Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individual maupun kelompok.
2)            Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai. Bagi yang belum menguasai dapat dilakukan pembelajaran kembali atau remedial teaching.
3)            Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.
4)            Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi (Mulyasa2007:57).
I.       Kerangka Berpikir   
Kerangka berpikir memaparkan tentang dimensi kajian utama faktor-faktor kunci, aspek-aspek dan hubungan antara dimensi-dimensi yang disusun dalam bentuk narasi dan atau grafis berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam permasalahan.
Secara garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:












Dalam setiap kebijakan baru pasti ada perubahan, ada faktor pendorong dan pendukung,begitupun perubahan pembelajaran dalam mengajar. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap perencanaan pmbelajaran.pelaksanaan pembelajarn disini mencakup kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti sampai kegiatan penutup dan penyusunan program evaluasi.
J.  Metode Penelitian
            a. Dasar Penelitian
Dasar dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif persentase yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran jelas tentang bagaimana implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan pada Pembelajaran Sosiologi di SAM Negeri 1 Pecangan Tahun ajaran 2011/2012 dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam implementasinya.
b.  Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Pecangaan Tahun ajaran 2011/2012 yang beralamat di jalan raya Pecangaan Jepara. SMA Negeri Pecangaan Jepara dipilih sebagai lokasi penelitian ini karena SMA Negeri 1 Pecangaan merupakan salah satu SMA Negeri di kabupaten Jepara yang telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan selalu ingin meningkatkan kualitas dari pembelajaran sosiologi.
            c.Fokus Penelitian
Penelitian ini di fokuskan pada guru sosiologi dalam melaksanakan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada pembelajaran sosiologi yang mencakup persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran serta faktor apa saja yang  menjadi pendukung dan penghambat dalam implementasinya.
            d.Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh oleh penulis melalui wawncara dengan informan. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala sekola dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Sedangkan subjek penelitian adalah guru mata pelajaran Sosiologi dan siswa SMA Negeri 1 Pecangan.Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya.
Dalam penelitian ini yang digolongkan data sekunder adalah buku literatur, dokumen sekolah, maupun foto-foto yang mendukung. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data-data atau dokumen mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dimiliki oleh sekolah.
c.       Metode Penglumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1.      Metode Survey
Pada penelitian ini menggunakan survey dimana peneliti tidak terlibat secara mendalam dengan mengikuti kegiatan pembelajaran tetapi hanya melihat apa yang diteliti meliputi kegiatan aktifitas siswa, aktifitas guru dalam mengajar, dan manajemen sekolah.
2.       Metode wawancara
Pada penelitian ini menggunakan metode wawancara. Wawancara difokuskan pada bagaimana implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pembelajaran sosiologi di SMAN 1 Pecangan tahun ajaran 2011/2012 serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasinya. Dalam penelitian ini pihak-pihak ini yang terlibat adalah wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran sosiologi, dan siswa.
3.      Dokumentasi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto seperti foto kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas dan fasilitas-fasilitas yang ada di SMAN 1 Pecangan.
K.  Validitas Data
            Untuk mencapai hasil akhir yang memuaskan, diperlukan suatu tehnik pemeriksaan terhadap data yang diperoleh. Pemeriksaan terhadap keahsahan data dapat dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan dengan teman sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing.
            Dalam penelitian kali ini dilakukan pemeriksaan keabsahan data melalui triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data itu (Moleong 2004:330). Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi yang diperoleh melalui:
1.  Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2.  Membandingkan pendapat di depan umum dengan di depan pribadi.
3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong 2002:178).
            Dengan penggunaan tehnik triangulasi data dengan simber lain, maka peneliti akan menemukan kesesuaian antara data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan, dengan wawancara dan data pada dokumen yang sebenarnya. Dengan demikian, hasil penelitian yang sudah ada benar-benar merupakan data yang akurat dan dapat dipercaya kebenarannya, peneliti juga melakukan peninjauan ulang apabila terdapat kekurangan data dalam penelitian kali ini. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh benar-benar valid, sehingga data yang dihasilkan merupakan data yang sesuai dengan yang ada di sekolah.
L.  Metode Analisis Data
            Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sosiologi, wakasek bidang kurikulum, serta siswa. Data yang diperoleh ini dianalisis menggunakan tehnik deskriptif kualitatif yaitu dengan menghimpun data dan dideskripsikan. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, melainkan berbentuk kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh simpulan (Arikunti 1993:245).
Pada penelitian ini data dianalisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Pengumpulan data
       Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di lapangan, kemudian melakukan pencatatan di lapangan.
2.      Reduksi data
       Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah mereduksi data. Menurut Sugiyono (2006:338) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperllukan.
3.      Menarik kesimpulan atau verifikasi
      Setelah dilakukan penyajian data maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan kesimpulan atau verification ini didasarkan pada reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang akan diangkat dalam penelitian.



                                               

3 komentar:

Posting Komentar